Jumat, 01 Mei 2009

Sekilas Tentang High Volume Fly Ash Concrete

GREEN CONCRETE : HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

Beton biasanya terdiri dari pasir, kerikil, air, serta semen portland, dan hal itu semua sudah digunakan secara luas di seluruh dunia. Walaupun beton bertulang memiliki kekuatan yang baik dan dapat dibentuk sesuai dengan apa yang kita kehendaki, namun terdapat masalah lingkungan yang signifikan, yaitu sampingan dari industri semen. Di seluruh dunia, industri semen menyumbang 6% - 7% dari total karbon dioksida yang merugikan manusia. Untuk mengatasi hal tersebut, maka digunakanlah bahan limbah yang dapat mengganti sebagian penggunaan dari semen portland, bahan tersebut adalah fly ash. Fly ash adalah hasil sisa dari pembakaran batu bara yang digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Fly ash itu sendiri terdiri dari Silikat Dioksida (SiO2), Aluminium (Al2O3), Besi (Fe2O3), dan Kalsium (CaO). Material ini mengandung senyawa yang memiliki sifat yang sama dengan semen jika dicampur dengan kapur dan air.

Fly ash yang digunakan sebagai pengganti sebagian penggunaan semen pada beton dapat membuat beton lebih kuat, tahan lama, dan mengurangi dampak lingkungan. Fly ash itu sendiri memiliki kegunaan untuk meningkatkan kekuatan, memperlambat setting time, dan mengurangi panas hidrasi dari semen, sehingga kemungkinan terjadinya cracking dapat dikurangi. Selama ini terdapat 2 jenis fly ash yaitu fly ash tipe C dan fly ash tipe F. Fly ash tipe C dihasilkan dari pembakaran batu bara muda, sedangkan fly ash tipe F dihasilkan dari pembakaran batu bara antrasit. Fly ash tipe C memiliki karakteristik ringan dan berwarna lebih terang dari fly ash tipe F, Sedangkan fly ash tipe F berwarna lebih gelap dari fly ash tipe C. Selama ini, kebanyakan percobaan yang dilakukan menggunakan standar ASTM C618 yaitu fly ash tipe F dengan persentase 15%-20% dari berat total binder dan fly ash tipe C dengan persentase 25%-35% dari berat total binder pada beton. Menurut pertimbangan referensi dan beberapa pengalaman percobaan, dikatakan bahwa penggunaan Fly ash dengan kadar 50% bahkan lebih dari berat total binder dapat meningkatkan workability, kekuatan maksimum, dan ketahanan dari beton tersebut. (Malhotra, Mehta, 2003).

Mehta mengatakan bahwa fly ash sebagai bahan pozzolanic yang digunakan bersamaan dengan semen memiliki persentase tertentu dalam pembuatan beton, dimana jika kadar fly ash 50% atau lebih dari berat total binder disebut High Volume Fly Ash Concrete (beton HVFA). Jika dibandingkan dengan beton konvensional, beton HVFA memiliki kelebihan yaitu ramah lingkungan, kekuatan lebih tinggi, memiliki ketahanan yang lebih lama, penggunaaan air pada campuran mortar yang lebih sedikit, lebih ekonomis, dan mengurangi panas hidrasi dari semen sehingga mengurangi resiko cracking. Beton HVFA memiliki kelebihan ramah lingkungan karena dapat mengurangi penggunaan semen pada beton, sehingga karbon dioksida yang dihasilkan dari industri semen dapat dikurangi juga.

Pada penggunaannya, beton HVFA diharapkan membutuhkan biaya yang lebih murah dari beton konvensional, meningkatkan kekuatan, workability, durability, dan memperlama setting time 2 - 3 jam sehingga dapat memberikan waktu yang lebih lama untuk pekerjaan pengecoran. Di sisi lain, beton HVFA ternyata juga memiliki kekurangan yaitu proses hardening yang lebih lama dibandingkan beton konvensional, sehingga membuat kita tidak bisa memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk melepas bekisting dan melakukan curing pada beton tesebut.

Dewasa ini, beton HVFA diharapkan agar bisa membawa perubahan dalam dunia Teknik Sipil, khususnya dalam hal penggunaan material baru yang ramah lingkungan serta memiliki nilai tambah dari segi ekonomi, strength, workability, setting-time, dan durability, sehingga dapat menjawab kebutuhan kita mengenai green concrete.